15 Contoh Cerita Inspiratif Singkat Sebagai Suntikan Motivasi (Bagian 3 - Tamat)
11. Air yang Keruh
"Suatu ketika Sidharta Gautama melakukan perjalanan mengunjungi beberapa kota bersama muridnya. Sesaat sebelum memasuki kota pertama, ia beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang. Di sekitar tempat mereka beristirahat itu, ada sebuah danau kecil
Sidharta Gautama kemudian meminta muridnya mengambil air untuk minum dari danau tersebut. Saat itu di danau sedang banyak warga yang mencuci pakaian sambil bermain di air. Air danau tersebut menjadi keruh. Murid itu lalu kembali ke tempat gurunya lalu berkata, ‘Air di danau itu sangat keruh dan banyak orang yang mencuci pakaian di sana. Izinkan aku pergi ke tempat lain mencari air.’
Sidharta Gautama lalu menyuruh muridnya untuk bermeditasi bersamanya di bawah pohon itu. Setelah beberapa saat, ia menyuruh muridnya kembali ke danau untuk mengambil air lagi.
Ketika si murid kembali ke danau, sudah tidak ada orang yang mencuci pakaian. Air danau pun sudah jernih karena kotorannya telah mengendap ke dasar danau. Si murid itu pun mengambil air dan mengantarkannya pada gurunya.
Sidharta Gautama lalu berkata, ‘Air keruh di danau seperti pikiran manusia ketika stres. Sementara, air yang jernih seperti pikiran manusia ketika tenang. Terkadang jalan terbaik untuk menjernihkan pikiran adalah dengan bersabar.’
Seperti kata-kata Sidharta Gautama dalam contoh cerita inspiratif singkat tadi, jalan terbaik menjernihkan pikiran adalah sabar. Ketika berpikir, otakmu bekerja keras yang diibaratkan seperti orang yang mencuci di danau tadi. Hasilnya, stress dan penat seperti air keruh.
Jadi jika kamu merasa penat dengan keseharian, ada baiknya kamu sabar dan tenang. Mungkin minum secangkir kopi dulu, mendengar musik, atau membaca artikel contoh cerita singkat yang inspiratif seperti ini.
12. Cara Tuhan Memberi Pertolongan
"Di sebuah desa yang terletak di bantaran sungai, terdapat sebuah kuil yang kerap dikunjungi warga. Kuil tersebut diurus oleh seorang pendeta yang sangat taat beribadah. Suatu hari pada peralihan musim, turun hujan deras yang menyebabkan sungai meluap.
Perlahan tapi pasti, air mulai memasuki rumah warga hingga setinggi mata kaki. Sebagian besar warga kemudian mengungsikan diri sambil membawa barang berharga. Salah satu warga yang mengungsi memperingatkan pendeta yang masih berdoa di kuil untuk segera pergi dari desa.
Pendeta itu berkata, ‘Dasar tak beriman! Kamu pikir aku akan pergi begitu saja? Tak seperti kalian, aku yakin Tuhan akan menyelamatkanku. Pergilah saja duluan!’
Hujan masih berlanjut, kali ini ketinggian air sudah mencapai pinggang. Warga yang tersisa mengeluarkan perahu karet dan menyelamatkan diri. Beberapa warga memeriksa kuil dan menemukan pendeta duduk di atas mejanya. Mereka memaksanya naik ke perahu, namun pendeta itu tetap menolak untuk pergi dengan alasan yang sama.
Pendeta yang taat itu terus berdoa di ruangannya. Tapi hujan yang turun belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Air pun terus naik hingga pendeta harus naik ke atap.
Beberapa saat kemudian, helikopter tim SAR datang dan menjemputnya. Pendeta itu masih menolak untuk mengungsi. Ia yakin bahwa Tuhan akan menyelamatkannya. Karena keadaan yang semakin berbahaya, helikopter pun meninggalkanya.
Satu jam berlalu sejak helikopter tadi mendatangi pendeta, hujan masih deras dan si pendeta mulai kesulitan untuk bertahan di atap. Ia mulai panik dan berkata, ‘Tuhan, aku sudah selalu taat menyembahmu. Aku percaya engkau kan menyelamatkanku. Tapi mengapa kau biarkan aku menderita terus begini?’
Sesaat kemudian muncul suara, ‘Aku tahu engkau taat padaku. Aku telah mencoba menyelamatkanmu tiga kali. Satu dengan orang yang memperingatkanmu mengungsi, dua dengan perahu karet, dan yang terakhir dengan helikopter.’
Cerita inspiratif singkat tentang pendeta di atas menggambarkan orang taat beragama yang terlalu fanatik. Saking fanatiknya terhadap Tuhan, ia menjadi tidak bisa berpikir dengan logis dan rasional.
Lewat cerita tadi kita bisa belajar, Tuhan mendengarkan semua keluhan makhluk-makhluknya. Hanya saja, terkadang pertolongan dari Tuhan kita abaikan. Hasilnya, banyak kesempatan dalam hidup yang terlewatkan begitu saja.
13. Ingat-Ingat Jasa Orang Tua
"Hari ini Putri berulang tahun yang ke 14. Biasanya di hari ulang tahun Putri, ibu akan memasak makanan kesukaannya dan ayah akan memberikan hadiah. Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Putri langsung bergegas pulang, berharap kejutan dari orang tuanya.
Tapi hari itu ternyata adik Putri sedang sakit, sehingga ibu repot merawat anaknya yang sakit. Otomatis, sirnalah harapan putri untuk makan makanan kesukaannya.
Putri kesal pada orangtuanya karena merasa tidak diperhatikan. Ia lalu pergi dari rumah menuju ke taman sambil marah-marah. Tidak lama kemudian, perutnya mulai melilit karena lapar.
Saat itu hanya ada tukang bakso keliling yang berjualan di taman. Putri pun mendekati tukang bakso itu, sayangnya ia tak memiliki uang. Melihat wajah Putri yang memelas, tukang bakso itu menawarinya semangkuk bakso gratis.
Sambil memakan semangkuk bakso itu, tiba-tiba air mata putri menetes. Abang tukang bakso pun bertanya, ‘Kenapa nangis, Neng?’
‘Sebenarnya ini hari ulang tahunku, aku terharu, abang yang baru kenal malah baik banget,” jawab Putri. “Orang tuaku malah ngga peduli.’
‘Ya kalo abang yang baru kasih Neng makan sekali aja udah bikin terharu, apalagi orang tua Neng yang udah bertahun-tahun kasih makan. Jangan ngeremehin orang tua sendiri Neng, nanti nyesel lho!’ kata abang tukang bakso.
Putri pun mendengarkan nasihat abang bakso itu dan pulang. Sampai di rumah, ia meminta maaf pada ibunya.
Hari ulang tahun merupakan momen yang spesial dan ditunggu oleh beberapa orang. Pada hari itu, membuat perayaan kecil bersama keluarga, teman, atau pacar adalah hal yang menyenangkan. Meski begitu, jika ada hal lain yang lebih mendesak maka cobalah untuk mentolerir hal tersebut.
Putri dalam cerita tadi awalnya adalah anak yang egois dan tidak mau memaklumi ibunya yang sibuk. Tapi setelah dinasihati tukang bakso, ia pun sadar akan keegoisannya. Contoh cerita inspiratif singkat ini mengajarkan banyak hal, seperti mengatur prioritas, toleransi, sampai menghargai jasa orang tua, cocok untuk menjadi renungan hidup.
14. Anak Kecil Penjual Bunga
"Di sebuah pusat perbelanjaan ada seorang anak perempuan kecil yang menjual bunga mawar kepada orang-orang yang lewat. Anak itu biasa berjualan di sana dari siang hari hingga petang.
Suatu siang saat melewati pusat perbelanjaan, anak kecil itu mendekatiku. ‘Om mau beli bunga mawar, Om? Bisa buat istri atau pacarnya Om, murah kok lima ribu aja.’ kata anak itu. Kutolak dengan halus tawaran itu karena aku terburu-buru. Sempat kulihat di keranjang anak itu masih tersisa sekitar dua puluh tangkai mawar.
Sore harinya aku lewat pusat perbelanjaan itu lagi dan melihat si anak kecil masih menawarkan bunganya. Ia menawarkan bunga lagi padaku, tampaknya lupa siang tadi telah menawarkan bunga. Kutengok keranjangnya masih sekitar empat belas tangkai mawar.
Aku iba dengannya tapi karena aku masih memiliki urusan dan tidak membutuhkan bunga, kutolak dengan halus lalu kuberi anak itu selembar uang lima ribu. Anak itu mengambil uangku lalu memberikannya pada seorang pengemis di dekat sana.
Kutanya anak itu, ‘Kenapa uangnya dikasih ke pengemis? Adik nolak rezeki?’
Anak itu menjawab, ‘Saya ke sini karena disuruh ibu jualan, yang ke sini buat minta-minta pengemis itu. Om salah kasih rezeki.’
Anak perempuan pada cerita inspiratif singkat tadi adalah contoh orang yang pantang menyerah. Ia bahkan lebih memilih rezeki hasil usahanya sendiri dibanding uang dari rasa kasihan orang lain. Padahal, bunga mawar dagangannya masih tersisa banyak di keranjang.
Jika kamu masih sering meminta sesuatu pada orang tua dengan cuma-cuma, mungkin gadis pada cerita inspiratif singkat ini bisa kamu contoh. Sekecil apa pun keinginanmu, cobalah berusaha memenuhinya sendiri terlebih dahulu.
15. Kisah Tukang Kayu
"Alkisah, seorang tukang kayu tua yang sudah bekerja puluhan tahun mulai merasa jika tubuhnya sudah semakin tua untuk bekerja. Ia lalu memantapkan diri untuk berbicara dengan mandornya tentang rencana untuk pensiun.
Mendengar rencana pensiun itu, sang mandor menjadi sedih. Sebab, tukang kayu yang hendak pensiun itu merupakan tukang kayu terbaiknya. Mandor lalu mengizinkan tukang kayunya pensiun setelah menyelesaikan satu proyek lagi.
Beberapa minggu kemudian, datang sebuah proyek baru untuk membuat rumah. Tukang kayu tua yang hendak pensiun dipasrahi sebagai penanggung jawab, ia diberi kebebasan membuat bangunan itu sesuka hatinya.
Setelah tahu proyek terakhirnya adalah sebuah rumah, tukang itu menjadi jengkel. Sebab, rumah memakan waktu yang cukup lama untuk selesai. Ia pun bekerja malas-malasan dan membuat rumah dengan asal-asalan. Bahan-bahan yang digunakan pun tidak diteliti kualitasnya.
Ketika rumah itu selesai sang mandor mendatangi si tukang kayu tua dan berkata, ‘Rumah yang kau bangun ini adalah hadiah dariku untukmu. Terima kasih telah bekerja dengan baik.’
Contoh cerita inspiratif singkat tadi mangajarkan pada kita untuk selalu sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Entah itu bekerja, belajar, atau berkarya, berikan selalu usaha yang terbaik agar kamu tidak menyesal.
Jangan seperti tukang kayu tua pada contoh cerita singkat inspiratif tadi. Hanya karena ia sudah malas mengerjakan sebuah rumah, ia bekerja asal-asalan dan menggunakan bahan yang buruk. Bayangkan jika ia sungguh-sungguh mengerjakan rumah itu, ia bisa pensiun dan memiliki rumah yang bagus.
Apakah Contoh Cerita Inspiratif Singkat Tadi Mampu Membuatmu Termotivasi?
Dari kisah yang berdasar kehidupan nyata hingga yang merupakan fabel, apakah ada contoh cerita inspiratif singkat yang berhasil membuatmu termotivasi? Jika iya, cobalah bagikan pada teman, pacar, dan saudaramu yang sama-sama butuh suntikan semangat.

Posting Komentar
0 Komentar