Allah yang Jauh Lebih Merindukanmu
Pernah nggak sih kita merasa saat kita sedang futur. Saat kualitas dan kuantitas tilawah dan murajaah menurun. Saat derap langkah kaki menuju masjid untuk memenuhi panggilannya terasa berat. Saat sekedar mengeluarkan sepuluh ribu untuk bersedekah terasa susah. Saat berniat menghadiri majelis ilmu justru merasa malas.
Saat itulah kita sebenarnya sadar. Kita sadar makin menjauh dariNya. Percaya atau tidak pasti akan senantiasa ada perasaan bersalah di dalam jiwa ini. Tapi entah mengapa kita berusaha melawan perasaan jujur tersebut. Kita seolah membohongi diri kita sendiri bahwa kita butuh refreshing. Ah iya, daripada datang kajian mending jalan-jalan, sekali-sekali lah. Lalu lantas bukan lagi sekali namun berkali-kali. Ah, ntar dulu deh tilawahnya, masih sibuk ada tugas. Hingga akhirnya kita tak menyentuh Al-Quran sama sekali.
Lantas tiba-tiba pernah nggak sih merasa lalu datang aneka kesulitan. Lalu datang waktu yang kita rasa disia-siakan. Seharusnya plan kita ini, tapi nyatanya begini. Seharusnya mau belajar tapi malah ngantuk. Seharusnya target hari ini selesai tugas itu nyatanya sampai seminggu belum selesai.
Lalu kita justru menyalahkanNya. Kok teman saya yang kayaknya ga pernah shalat tapi dapat nilai bagus. Sementara saya yang shalat dan beriman kepadaNya justru mendapat hasil dibawah mereka. Di saat kita menyalahkanNya, tanpa sadar kita bukan semakin dekat. Namun justru semakin jauh dariNya.
Lalu Allah lagi-lagi memberi kesulitan. Tak seperti biasanya semangatmu menurun, padahal kamu bilang kamu sudah refreshing untuk jalan-jalan. Padahla kamu juga sudah menyeleseikan tugasmu, namun semangat dan motivasimu entah mengapa hilang.
Kamu tidak sadar bahwa segala kesulitanmu, segala kesia-siaan waktumu, segala kegagalanmu adalah isyarat dariNya bahwa Allah begitu merindukanmu. Allah rindu dengan tilawahmu, yang barangkali masih terbata-bata, masih kesulitan mengeja A-Ba-Tsa, dengan tajwid dan makhrijul huruf ala kadarnya, tapi kamu selalu berusaha keras menyelesaikannya.
Allah begitu merindukanmu, ketika mendengarmu sebagai hamba yang meminta ini itu terlalu banyak, namun Allah begitu mendengarkanmu dan mensetting waktu kapan akan mengabulkan doamu.
Allah begitu merindukanmu, ketika kamu mengikuti majelis ilmu, walau kamu di dalamnya terkantuk-kantuk, namun usahamu untuk tetap terjaga, membuat malaikat tak kuasa menahan diri untuk mencatat amal kebajikanmu.
Allah begitu merindukanmu, manakala kau justru menyalahkanNya atas apa yang terjadi, namun Ia tak pernah langsung mengazabmu, hanya saja memberimu isyarat - isyarat yang lain agar kamu memahami.
Ya, Allah begitu merindukanmu. Tak terhitung sudah isyarat-isyarat yang disampaikan kepadamu. Sekarang, apakah kita benar-benar merindukanNya?
Posting Komentar
0 Komentar