Beberapa hari ini Viral di media sosial. Terutama Instagram tentang pertanyaan ini. Saya tidak akan ikut campur mengomentari apa yang sedang viral. Tentang benar atau salahnya. Saya hanya akan menampilkan sudut pandang berbeda dari pertanyaan tersebut.


Di zaman Rasulullah ada seorang Wanita yang dilamar oleh 2 orang pria. Lalu wanita ini kebingungan dan meminta pendapat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

"Ya Rasulullah saya hendak dipinang oleh 2 orang laki-laki. Manakah yang sebaiknya saya pilih?"

Rasulullah memilih satu orang. Alasannya karena si B (yang tak dipilihnya) adalah orang yang mudah marah.

Dulu, untuk mengenali tabiat seseorang di zaman Rasulullah sangatlah mudah. Caranya adalah dengan melihat perangi Orang tuannya/siapa orang tuanya. Rasulullah saw memilih Aisyah karena ia paham betul seperti apa watak dan Iman Sahabatnya Abu bakar As-shiddieq. Begitu juga ketika Rasulullah menikahi Hafsah, ia telah mengenal dekat siapa Umar ibn Khattab. Maka perangainya tidak akan berbeda jauh dengan ayah-ayahnya.

Kembali lagi ke konteks pertanyaan "Tipe Calon suami Kamu Seperti Apa?" apakah ini adalah hal yang tepat?
.
Coba jika pertanyaan ini berimbas jawaban yang mungkin tak kita ingini. Apakah kita masih ingin memaksakan menjadi "Tipe Idamannya" atau seperti apa.

Misal ketika kamu bertanya hal itu, "Tipe Calon Suami Kamu Seperti apa?" Ia menjawab " Yang kekorea-koreaan, romantis, kulit putih dan semacamnya." Apakah kita akan menjadi hal itu. Memaksakan "Tipe Idaman" agar dapat diterima.

Hemat saya, ini kurang tepat. Akan jauh lebih indah jika pertanyaan semacam itu ditanyakan pada diri masing-masing.

Laki laki berpikir "kira-kira seperti apa suami idaman, jika aku menginginkan seorang wanita yang salehah?"

Dan Perempuan berpikir " kira-kira seperti apa Istri idaman, jika aku menginginkan bersanding dengan laki-laki yanh saleh?"
.
Memang tak ada yang sempurna dalam diri seseorang. Akan selalu ditemukan 'ketidakselarasan.' Maka tugasnya dalam mencari bukan untuk menemukan semua kriteria yang diinginkan. Melainkan menentukan apa 'Prioritas teratas' yang menjadi pertimbangan kamu menerima/menolaknya.