Kita gak tahu masa depan akan jadi seliar apa karena kita gak pernah tahu secara pasti waktu akan membawa kita ke mana.

Bisa jadi hari ini kita mengusahakan sesuatu. Besoknya gagal.
Lusa kita coba lagi. Gagal lagi.
Bulan depannya kita putar otak, ganti tujuan, ubah strategi, dan kerja lebih keras. Gagal lagi.
Hampir sebulan lamanya kita terjerembab dalam keputusasaan dan menangisi keadaan, bertanya-tanya, mengapa harus kita yang mengalami hidup sesial ini?
Tak lama setelah itu kita mulai menerima keadaan dan memasang ekspektasi yang terasa lebih realistis dari sebelumnya. Kemarin kita sempat putus asa, namun kini kita memutuskan setidaknya untuk tidak berhenti melanjutkan hidup yang berharga ini.




Pelan tapi pasti, keberhasilan-keberhasilan kecil kita capai satu demi satu. Mungkin bagi orang lain ini bukanlah apa-apa, tapi bagi kita pencapaian ini sungguh luar biasa sebab kita sangat paham apa itu kegagalan dan bagaimana rasanya berada di titik terendah.
Selang dua atau tiga tahun kemudian, datang kesempatan yang tak disangka-sangka. Cita-cita kita yang dulu sempat padam kini bergelora kembali dan menjadi kenyataan. Alhamdulillah, terbayar sudah semua keringat, luka, dan perih yang selama ini kita rasakan.
Sepintas lalu, hidup terasa seperti bercanda. Sekali waktu dihempaskannya kita ke titik terendah, dan di lain waktu dilambungkannya kita ke titik tertinggi justru ketika kita tak berani berharap banyak pada diri sendiri.
Tapi ternyata, Tuhan tak pernah bercanda dalam menguji dan mentarbiyah hamba-Nya. Kita diperjalankan dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim yang lain dalam hidup ini agar kita benar-benar mengerti hakikat sabar dan syukur serta bagaimana menghambakan diri seutuhnya bukan kepada dunia, melainkan kepada Dia, Tuhan semesta alam.
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?